Setelah enam dekade lebih, kini nama Hatta kembali lengket ditelinga
kita. Akan tetapi, penyebutan nama itu tak lagi merujuk pada sosok Mohammad
Hatta, melainkan tertuju pada politisi handal berambut perak, Hatta Rajasa.
Hatta.
Sebuah nama yang lekat dalam konteks perpolitikan nasional. Pada era
kemerdekaan, nama itu akrab dengan tempelan “Bung”, yaitu “Bung Hatta”. Sebutan
itu merujuk pada salah satu tokoh proklamator kemerdekaan dan wakil presiden
pertama Indonesia, Mohammad Hatta. Karena jasa-jasanya, nama itu kemudian
diabadikan melaui penyebutan bandar udara internasional di Jakarta,
Soekarno-Hatta.
Setelah
enam dekade lebih, kini nama Hatta kembali lengket ditelinga kita. Akan tetapi,
penyebutan nama itu tak lagi merujuk pada sosok Mohammad Hatta, melainkan
tertuju pada politisi handal berambut perak, Hatta Rajasa.
Lekatnya nama Hatta Rajasa dalam konteks politik kekinian, tak lepas dari peran sentral dan kerja keras Ketua Umum Partai Amanat Nasional (PAN) itu dalam mewarnai ranah politik kita. Sejak memutuskan menjadi politisi pada 1999 melalui jalur PAN, ia terus memperbaiki karir dan kian menancapkan namanya. Sebelum masuk kejalur politik, ia merupakan pengusaha dan CEO sukses.
Merujuk catatan perjalanan karir Hatta Rajasa di bidang politik, ia merupakan politisi yang sangat gemilang. Di partai politik, ia berhasil mencapai posisi puncak sebagai Ketua Umum PAN. Di dalam jabatan politik birokrasi, ia pernah menduduki posisi empat kementrian (Menristek, Menhub, Mensesneg, dan Menko Perekonomian). Hebatnya, ia menduduki posisi-posisi tersebut di tiga masa periode kepemimpinan presiden, yakni satu periode di masa kepemimpinan Presiden Megawati Soekarnoputri dan dua periode di masa kepemimpinan Presiden SBY. Ke depan, karier politik Hatta Rajasa sepertinya akan terus menajak. PAN yang melakukan Rakernas pada 10 – 11 Deseber 2011, telah mendaulatnya menjadi satu-satunya calon presiden yang akan diusung pada pemilihan presiden tahun 2014.
Hatta Rajasa memang dikenal sebagai sosok yang memiliki kompetensi, loyalitas, dan profesionalitas dalam menjalani karier. Tak heran jika sejak Sejak era kepemimpinan Presiden Megawati Soekarnoputri, hingga Susilo Bambang Yudhoyono (SBY), ia selalu dipercaya untuk menduduki pos menteri di setiap kabinet. Realitas itu dapat menggambarkan bagaimana kapasitas politisi asal Palembang ini.
Lekatnya nama Hatta Rajasa dalam konteks politik kekinian, tak lepas dari peran sentral dan kerja keras Ketua Umum Partai Amanat Nasional (PAN) itu dalam mewarnai ranah politik kita. Sejak memutuskan menjadi politisi pada 1999 melalui jalur PAN, ia terus memperbaiki karir dan kian menancapkan namanya. Sebelum masuk kejalur politik, ia merupakan pengusaha dan CEO sukses.
Merujuk catatan perjalanan karir Hatta Rajasa di bidang politik, ia merupakan politisi yang sangat gemilang. Di partai politik, ia berhasil mencapai posisi puncak sebagai Ketua Umum PAN. Di dalam jabatan politik birokrasi, ia pernah menduduki posisi empat kementrian (Menristek, Menhub, Mensesneg, dan Menko Perekonomian). Hebatnya, ia menduduki posisi-posisi tersebut di tiga masa periode kepemimpinan presiden, yakni satu periode di masa kepemimpinan Presiden Megawati Soekarnoputri dan dua periode di masa kepemimpinan Presiden SBY. Ke depan, karier politik Hatta Rajasa sepertinya akan terus menajak. PAN yang melakukan Rakernas pada 10 – 11 Deseber 2011, telah mendaulatnya menjadi satu-satunya calon presiden yang akan diusung pada pemilihan presiden tahun 2014.
Hatta Rajasa memang dikenal sebagai sosok yang memiliki kompetensi, loyalitas, dan profesionalitas dalam menjalani karier. Tak heran jika sejak Sejak era kepemimpinan Presiden Megawati Soekarnoputri, hingga Susilo Bambang Yudhoyono (SBY), ia selalu dipercaya untuk menduduki pos menteri di setiap kabinet. Realitas itu dapat menggambarkan bagaimana kapasitas politisi asal Palembang ini.
Bahkan,
ia merupakan menteri yang langsung paling aktif pada hari pertama sejak sidang
perdana Kabinet Indonesia Bersatu I dilakukan pada tanggal 22 Oktober 2004.
Hatta langsung bekerja mempersiapkan program kerja 100 hari Departemen
Perhubungan. Dengan kemampuan manajerial dan kecepatan mengambil keputusan,
Hatta tampak tidak membutuhkan satu hari pun masa adaptasi dan pengenalan
masalah di departemen yang ia pimpin. Politisi kelahiran 18 Desember 1953 ini
tidak hanya memberi instruksi dari belakang meja, tapi juga terjun langsung ke
pusat-pusat pelayanan yang dianggap memerlukan perhatian dan penanganan khusus.
Tidak heran jika kemampuan manajerial dan kecepatan mengambil keputusan itu
kemudian mengantarkan Hatta menduduki kursi menteri koordinatoor perekonomian
pada Kabinet Indonesia Bersatu II.
Selain itu, Hatta Rajasa juga dikenal piawai dalam melakukan komunikasi politik. Sebagai contoh, saat muncul dua arus kekuatan besar pasca-Pemilihan Umum 1999 antara kubu BJ Habibie dan Megawati Sukarnoputri, Hatta bersama Amien Rais aktif menggalang komunikasi dan lobi politik untuk meredam situasi panas saat itu dengan mengusung kekuatan ”poros tengah” dan Abdurrahman Wahid sebagai calon presiden. Kemudian dalam proses peralihan kepemimpinan dari Abdurrahman Wahid kepada Megawati Soekarnoputri, ia juga menunjukkan kemampuan komunikasi dan lobi politik dalam memunculkan pilihan-pilihan solusi. Pun kala Presiden SBY “terkurung” dalam situasi sulit, nama Hatta Rajasa selalu menjadi yang terdepan dalam menjalin komunikasi “lobi” politik.
Jika dicermati, kunci sukses Hatta Rajasa dalam
menjalani karier politik, tak lepas dari sikapnya dalam memandang sebuah
profesi. Menurutnya, saat melakukan sesuatu, jangan ada dualisme. Fokus dan
kerjakan sesuai dengan porsi dan tempatnya. Tak heran jika kemudian saat ia
menjalani tugas sebagai menteri, tak pernah membawa jaket sebagai ketua umum
partai politik. Kerap kali wartawan harus “gigit jari” saat meminta konfirmasi
tentang masalah politik di tempat kerja. Ia Cuma menjawab “saya saat ini
sebagai menteri, bukan ketua umum partai politik”.
Meski demikian, tidak dapat dipungkiri bahwa
keluarga juga merupakan kunci sukses lain Hatta Rajasa dalam menjalani karier.
Ia dikenal sebagai pribadi penyayang keluarga (family
man). Sementara itu, gaya hidup keluarga pun tidak
berubah ketika ia menduduki jabatan birokrasi pemerintahan. Sang istri tetap
setir mobil sendiri, bahkan Hatta sangat marah jika mendapatkanprevilage di jalan raya, seperti mendapatkan pengawalan motor
patwal. Meskipun beresiko terkena macet, ia justru menikmati hal itu, “Saya tak
biasa jika harus diistimewakan. Kalau tidak ingin tejebak macet harus berangkat
lebih awal”, pungkas Hatta soal bagaimana menyiasati waktu.
Ilustrasi di atas merupakan gambaran singkat dari
pribadi Hatta yang terekam dalam aktivitas sehari-hari. Sungguh sangat
beruntung jika seluruh pebjabat birokrasi pemerintahan di Indonesia memiliki
pribadi seperti itu. Total, loyal, profesional, dan bersahaja ala Hatta Rajasa
itulah yang sudah mengantarkan dan menancapkan namanya di pentas perpolitikan
nasional.
Jika kita menyebut nama Hatta dalam konteks
politik kekinian, sepertinya referensi kita akan tertuju pada sosok Hatta
Rajasa, bukan lagi pada Mohammad Hatta.