Bursa Pemilihan Presiden (Pilpres) masih cukup lama, namun gaung
isunya bak harumnya wewangian gadis remaja. Berbagai figur sudah ditampilkan
dalam bentuk terang-terangan maupun masih sembunyi-sembunyi. Abu Rizal
Bakrie(Ical) adalah salah satu figur yang sudah tampil terang-terangan.
Pegangan sebagai Ketua Umum Partai Beringin (Golkar) akan besar peluang untuk
mengantarkannya kedalam Calon Presiden 2014 nanti.
Pada perkembangannya secara
internal apalagi eksternal tokoh berlatar belakang keluarga pengusaha ini
menjadi “taruhan” polemik. Peluang dan hambatan untuk bisa lolos di bursa
panggung pemilihan presiden nanti. Saya becermin dari ungkapan pengantar di
atas, saya semakin mendukung bila ada figur (Capres) yang dijejali “isu
negetif” - karena itu juga bagian dari upaya membesarkan bangsa lewat ragam
wacana.
Dari perjalanan mengikuti bagian
kecil dari pertaruhan Pilpres 2004 dan 2009, ternyata saya berani
berasumsi kalau Pilpres 2014 jauh lebih seru dan menarik. Dibalik tokoh yang
“dimunculkan” kian mendapat sorotan tajam dari publik. Media elektronik,
khususnya internet memberi dukungan untuk sesama pendukung atau bukan
pendukung untuk saling menghubung seraya berbagi secara terbuka. Penilaian
publik pun tidak tanggung-tanggung - mereka berinteraksi secara sangat cepat,
berbahasa gaul, tajam, lugas dan penuh bau kritik.
Satu pilihan, yang manakah yang
lebih diutamakan antara publisitas figur calon ataukah isu aktual dari konsep
kepemimpinan ke-Indonesiaan untuk tahun 2014 dan seterusnya.
Orang akan sangat mudah memmbuat
polemik Aburizal Bakrie dengan kasus Lapindo. Begitu pula gonjang-ganjing dia
dengan Jusuf kalla dan Akbar tanjung. Sosok yang lain, Prabowo, Ketua Pembina
Partai Gerindra, juga masih diungkit dengan “keterlibatan” dia dengan mahasiswa
(1998). Megawati atau PDIP yang masih bernaung dibawah panji “kerakyatan yang
semu”. Wiranto dengan kekalahn dua kali membuat publik ragu kalau mantan
Jendral ini ingin maju kembali. Hatta Rajasa akan diragukan. Masa “kekurangan”
Jusuf Kalla saat mendamping SBY 2004-2009 pun masih menjadi catatan. Mahfud MD
dan Dahlan Iskan berpeluang, namun dari mana benderanya?
Belajar
Kepemimpinan
Sindirian keras terhadap
“kekurangan” Aburizal Bakri tidak seimbang dengan mendiamkan “kekurangan”
figur lainnya. Mari kita terbuka dan bermain secara fair.Siapa
pun anak bangsa tetap mendapat tempat untuk diberi kesempatan tampil di
panggung Pilpres sekali pun. Semakin diangkat ke permukaan benang kusut
semua figur tanpa kecuali, akan semakin baik untuk semua anak bangsa
mengenal calon pemimpinnya.
Kita harus berterima kasih kepada
Bapak Susilo Bambang Yudhoyono. Beliau lah Presiden Indonesia yang cukup lama
(masa periode) bertahan dibanding presiden lainnya - urutan ketiga terlama
setelah Soeharto, Soekarno. Masa yang panjang ini telah memberi ruang
untuk banyak pihak mencatat sepak terjang gaya kepemimpinannya. Banyak yang
suskes, tapi tidak sedikit juga yang belum berhasil. Semoga saja dari sisa
periode bersama Boedionno dan Kabinet Reformasi Jilid II dapat memburu
yang masih tertinggal.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar