Selasa, 27 November 2012

Sang Kandidat Presiden RI 2014


Bursa Pemilihan Presiden (Pilpres) masih cukup lama, namun gaung isunya bak harumnya wewangian gadis remaja. Berbagai figur sudah ditampilkan dalam bentuk terang-terangan maupun masih sembunyi-sembunyi. Abu Rizal Bakrie(Ical) adalah salah satu figur yang sudah tampil terang-terangan. Pegangan sebagai Ketua Umum Partai Beringin (Golkar) akan besar peluang untuk  mengantarkannya kedalam Calon Presiden 2014 nanti.
Pada perkembangannya secara internal apalagi eksternal tokoh berlatar belakang keluarga pengusaha ini menjadi “taruhan” polemik. Peluang dan hambatan untuk bisa lolos di bursa panggung pemilihan presiden nanti. Saya becermin dari ungkapan pengantar di atas, saya semakin mendukung bila ada figur (Capres) yang dijejali “isu negetif” - karena itu juga bagian dari upaya membesarkan bangsa lewat ragam wacana.
Dari perjalanan mengikuti bagian kecil dari pertaruhan Pilpres 2004 dan  2009, ternyata saya berani berasumsi kalau Pilpres 2014 jauh lebih seru dan menarik. Dibalik tokoh yang “dimunculkan”  kian mendapat sorotan tajam dari publik. Media elektronik,  khususnya internet memberi dukungan untuk sesama pendukung atau bukan pendukung untuk saling menghubung seraya berbagi secara terbuka. Penilaian publik pun tidak tanggung-tanggung - mereka berinteraksi secara sangat cepat, berbahasa gaul,  tajam,  lugas  dan penuh bau kritik.
Satu pilihan, yang manakah yang lebih diutamakan antara publisitas figur calon ataukah isu aktual dari konsep kepemimpinan ke-Indonesiaan untuk  tahun 2014 dan seterusnya.
Orang akan sangat mudah memmbuat polemik Aburizal Bakrie dengan kasus Lapindo. Begitu pula gonjang-ganjing dia dengan Jusuf kalla dan Akbar tanjung. Sosok yang lain, Prabowo, Ketua Pembina Partai Gerindra, juga masih diungkit dengan “keterlibatan” dia dengan mahasiswa (1998). Megawati atau PDIP yang masih bernaung dibawah panji “kerakyatan yang semu”. Wiranto dengan kekalahn dua kali membuat publik ragu kalau mantan Jendral ini ingin maju kembali. Hatta Rajasa akan diragukan. Masa “kekurangan” Jusuf Kalla saat mendamping SBY 2004-2009 pun masih menjadi catatan. Mahfud MD dan Dahlan Iskan berpeluang, namun dari mana benderanya?
Belajar Kepemimpinan
Sindirian keras terhadap “kekurangan” Aburizal Bakri tidak seimbang dengan mendiamkan “kekurangan”  figur lainnya. Mari kita terbuka dan bermain secara fair.Siapa pun anak bangsa tetap mendapat tempat untuk diberi kesempatan tampil di panggung Pilpres sekali pun. Semakin diangkat ke permukaan  benang kusut semua figur tanpa kecuali,  akan semakin baik untuk semua anak bangsa mengenal calon pemimpinnya.
Kita harus berterima kasih kepada Bapak Susilo Bambang Yudhoyono. Beliau lah Presiden Indonesia yang cukup lama (masa periode) bertahan dibanding presiden lainnya - urutan ketiga terlama  setelah Soeharto, Soekarno. Masa yang panjang ini telah memberi ruang untuk banyak pihak mencatat sepak terjang gaya kepemimpinannya. Banyak yang suskes, tapi tidak sedikit juga yang belum berhasil. Semoga saja dari sisa periode bersama Boedionno dan Kabinet Reformasi Jilid II  dapat memburu yang masih tertinggal.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar